Akhirnya film ini masuk juga ke makassar, film yang saya tunggu-tunggu karena selain banyak orang yang sudah nonton ini film dan memberikan apresiasi yang bagus dan juga ada seniornya liga film mahasiswa unhas yang jadi astrada 1. Film ini dibuka dengan adegan tahanan yang sedang dikurung oleh tentara, saya bingung apa hubungannya ini para tahanan dengan sang penari dan ternyata baru diakhir cerita baru terjelaskan. Surintil yang diperankan oleh prisa nasution tampil memuaskan mata penonton untuk tidak pernah berkedip, surintil yang sebagai ronggeng dukuh paru bukan hanya soal ngojoget atau tari saja tapi juga urusan kasur, ada banyak ritual untuk menjadi ronggeng dukuh paruh salah satunya itu buka kelambu, para pria di desa berebut untuk membuka kelambu ronggeng dengan membawa kambing ada juga bawa kerbau. Ronggeng dukuh paruh dianggap dapat mendatangkan berkah dan disanjung-sanjung warga bahkan mereka rela suaminya untuk tidur dengan ronggeng supaya ia bisa hamil, istilahnya ronggeng dukuh paruh milik warga desa yang siapa pun yang bisa dimanjati banyak orang. Dan ini yang membuat rasur pacar surintil memendam kecewa ia memutuskan untuk mencari jalannya sendiri yaitu dengan jadi tentara.
Desa dukuh paruh berubah dengan masuknya paham pki yang memprovokasi rakyat untuk melawan penguasa atau tuan tanah untuk mengembalikan tanah mereka dan rasus dan para tentara lainya ditugaskan untuk menyelidiki ini, dan ternyata benar desa dukuh paru telah merah.
Setelah gerakan G30 september yang membunuh para jendral dan peristiwa ini membuat warga dukuh paruh ditanggkap termasuk surintil dari mereka banyak yang dibunuh lalu dibuang ke sungai. Film ini menurut saya memang mengdiskreditkan wanita sebagai objek tapi sesuai fakta memang wanita pada jaman itu memang begitu keadaannya. Tapi dilihat dari gambar yang disajikan saya memberi 4 jempol deh, kedekatan yang dibangun dengan penonton dengan kamera yang di handhadle oleh mas yadi sugandi
akhir kata rugi deh kalau melewatkan film indonesia, I LOVE FILM INDONESIA