Sampai di pangkep baru kami akan mencoba metode pamungkasnya backpacker bedee yaitu hitchiking, namanya ji keren kedengarannya tapi artinya menumpang. Jempol pun di acung untuk menstop pick up atau truk tapi belum berhasil, langkah selajutnya ambil spidol terus tulis besar-besar PARE-PARE di kertas. akhirnya sebuah pick up hitam berhenti dan dengan sigap kami tanya mau kemana ini mobil? bisa ji numpang pak? si empunya mobil ternyata anggota kepolisian, dia bilang mau ji memang ke PARE-PARE tapi mau singgah dulu di segeri, nanti sore pi baru ke pare-pare. Behh bisa-bisa malam baru sampai di danau tempe, jadi kami memtuskan menumpang saja sampai di segeri.Dan di segeri jurus hatching coba kami gunakan lagi, bermodalkan jempol dan kertas bertuliskan pare-pare setiap pick up dan truk yang lewat kami acungkan jempol dan kertas bertuliskan pare-pare. Setelah cukup lama berjuang, akhir mobil pick up hitam berhenti dan kami lansung menghampiri mobil itu, pak mau ki kemana? bapak itu bilang mau ke enrekang, horeee kita bisa numpang sampai pare-pare.. upss tunggu dulu si bapak belum bilang mau angkut kami, dan kami pun memberi tahu kalo kami mau ke danau tempe, bisa ji numpang pak? "iye bisa tapi sampai pare-pare mi saja di nanti di pare-pare sambung mobilki ke sengkang" iya pak, makasih pak. Tanpa dikomando kami langsung naik ke mobil pick itu. mobil pun lansung tancap gas membuat kami seperti barang terguncang-guncang, maklum jalanan yang berlubang di tambah lagi perbaikan jalan dari pangkep sampai pare-pare yang belum rampung membuat perjalanan makin terasa lama. Sampai di pare-pare bapak si pemilik mobil yang kami tumpangi bilang "disini mi dek kalau mauki ambil mobil ke danau tempe, kami pun turun dan mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak si pemilik mobil yang engga tau siapa namanya karena kami lupa nanya nama bapak itu. kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan naik angkutan umum, karna capekmi pake jurus hatchiking, tapi tawar menawar dengan angkutan umum tidak bisa dihindari kami menawar setengah harga dari yang dibilang si sopir mobil angkutan jadi dealnya kami membayar Rp 15.000,-
Sejauh mata memandang perjalanan dari pare-pare sampai ke danau tempe hanya sawah yang membentang luas yang terlihat, maklumlah daerah inikan lumbung padi sulawesi selatan. Mobil yang kami tumpangi itu menurunkan kami di mesjid tempe, ini karena kami sudah pesan sama sopirnya untuk diturunkan di mesjid tempat saja. Di mesjid tempe sudah ada beberapa kelompok yang sampai duluan, sejenak beristirahat di mesjid kami lanjutkan perjalanan ke kampung terapung di danau tempe, jalan yang kami lewati cukup ramai karena banyak pedangang yang menjual mulai dari pakaian cakar sampai makanan dan minuman, senja di danau tempe menurutku sangat indah.
Perahu yang akan tumpangi sudah menunggu kami untuk membawa kami ke membawa kami ke pondok wisata milik pemkab wajo untuk nginap disana, baru besok pagi ke kambung terapung karena tidak memungkinkan untuk menuju ke kampung terapung di malam hari karena banyak pukat dan jaring yang terpasang.
Sesampainya di pondok wisata kami langsung menaruh barang bawaan kami di kamar masing-masing lalu semuanya berkumpul di ruang tengah membentuk lingkaran dan semua snack dan obat-obatan dikumpulkan, obat-obatan akan dibagikan ke penduduk. Ada satu permainan yang membuatku bingung dan geleng-geleng kepala liat itu permainan, namanya itu permainan "buka tutup" tidak usahmi dehh saya jelaskan ini permainan.
Matahari belum muncul tapi semuanya sudah pada bangun, cuma ada satu belum bangun dia itu dedengkotnya MB alias om panda alias om mimin alias cundu tapi nama sebenarnya itu syamsul syamdusung. Sunrice di danau tempe cukup membuatkan berdecak kagum "bagus tawwa memang". tidak lama kemudian perahu yang akan mengantar kami sudah ada di depan pondok, kami satu persatu naik ke perahu.
Sepanjang perjalanan ke kampung terapung kami melihat rumah dan pohon kelapa teremdam air, kata bapak yang kami tumpangi sampannya "memang kalau musim banjir air danau tempe meluap dan bisa luasnya sampai 2 kali luas yang sebernarnya.
![]() |

Terus sebagian dari kami ada yang pergi membagi-bagi obat-obatan yang tadi malam kami kumpulkan.
Setelah dari kampung terapung kami melanjutkan perjalanan ke permandian air panas di ompo di soppeng, di sini baru kami semua baru mandi karena tadi pagi belum ada yang mandi
Sudah jam dua akhirnya kami bersiap-siap ke tempat tujuan kami yang terakhir di rumah adat mandar BOYANG MARIO. Setelah berkeliling kami pun naik ke bus dan kembali ke makassar lalu pulang ke rumah masing-masing.
fahmiiiii....
kasi gambar kek.. ckckck
sudah tidak berparagraf. di HALU lagi. hahaha
baru belajar kodong.. folow k na